Selasa, 18 Mei 2010

proses pembelajaran

Membendung rasa rindu yang meluap perlahan...
Kubaca ulang seluruh catatan pribadi. Dari buku harian, surat-surat, hingga serpihan kenangan yang lain.
Aku menjadi malu, malu sekali...
Melihat sosok bayang diri pada cermin kusam. Bayangan terlihat kabur. Tetapi sorot itu jelas terlihat...betapa temperamentalnya diriku. Aku menemukan diri seperti anak sepuluh tahun yang terjebak pada tubuh seorang dewasa...
Tapi biarlah...
Tak akan kuhapus bayang itu. Tak akan kutinggal jejak itu..Tetapi, aku tidak ingin terpaku pada bayang masa lalu. Biarkan semua itu menjadi catatan sejarah perjalanan pendewasaan diri. Belajar sepanjang hayat...
Alhamdulillah, alangkah bersyukurnya aku...Betapa nikmat berlimpah. Suamiku, pendamping proses belajar itu. Pengalaman-pengalaman, guru berharga dalam setiap langkah. Anak-anak, sinyal benderang sebagai lentera perjalanan...

Aku tak sanggup menanggung malu ketika membaca lembaran-lembaran itu. Tak sanggup. Bahkan terhadap diri sendiri aku tak sanggup.. Juga, tak pula sanggup aku menahan air mata...

Allah, Tuhanku, terima kasih telah Engkau beri kesempatan untuk belajar, belajar, dan belajar. Terima kasih atas anugerah hidayah hingga kumampu mengambil hikmah. Terima kasih Allah-ku...