Sabtu, 12 Juni 2010

TURI

Komunikasi yang baik adalah hal yang sangat penting agar apa yang ingin kita tuju sesuai dengan yang kita mau...

Namanya Turi. Wajahnya masih menyisakan sakit setelah operasi. Terlihat dari tangannya yang menekan perut bawah kanannya dan bibirnya yang setengah meringis. Tetapi yang menarik perhatianku adalah kegalauan wajahnya. Hatiku berdesir. Kuatir dia akan menyalahkanku atas operasi tersebut.

Akhirnya dia mau menjalani operasi, setelah empat bulan lebih aku membujuknya. Itupun karena dia mulai merasa terganggu. Setiap melakukan aktifitas benjolan di selangkangannya itu semakin membesar. Jelas itu sangat mengganggu pekerjaannya sebagai buruh pabrik. Dan, dua pekan lalu dia menyerah, takluk. Meskipun dengan wajah sedikit pias menahan rasa takut dioperasi, dia menyatakan siap untuk dioperasi. Dan, kubuatkanlah surat rujukan untuk operasi hernianya itu. Sambil masih kuulang-ulang, bahwa operasi hernia itu bukan operasi yang mengerikan, meskipun semua operasi selalu ada risiko.

"Kenapa, Pak? Beres, kan, operasinya?"
"Alhamdulilah, Dok..."
Tangannya menggaruk kepala pelontosnya yang mulai ditumbuhi rambut baru.
"Dokter lihat, tidak, perubahan ini?"
"Apa?"
"Masa Dokter tidak melihatnya?"
Tangannya masih mengusap-usap kepalanya.
"Kepala gundul saya ini, lho, Dok. Masa Dokter tidak melihatnya, sih?"
"Kalau kepala Bapak yang gundul, saya melihatnya, Pak. Tapi, apanya yang aneh?"
Dia diam sejenak, sebelum akhirnya bercerita.
Sehari sebelum operasi, setelah menyerahkan semua hasil laboratorium dan foto dada, dia diperbolehkan pulang, setelah diberitahu persiapan apa saja yang harus dilakukan di rumah. Persiapan sebelum operasi boleh dari rumah. Ketika langkah kakinya mencapai pintu ruang periksa, seorang perawat memanggilnya.
"Pak, jangan lupa besok rambutnya digunduli, ya," ujar perawat itu.
Turi mengiyakan instruksi itu. Dari rumah sakit dia langsung menuju tempat pangkas rambut langganannya. Dan, gundullah kepalanya kini.

Di kamar operasi,
"Sudah digundul, belum, Pak?" tanya perawat itu.
"Lha, Suster, kan, sudah lihat sendiri kepala saya sudah pelontos?"
Perawat itu terlonjak kaget.
"Ngapain kepala ikut-ikutan digunduli? Maksud saya, rambut kemaluan Bapak. Sudah dicukur, belum?"
"Hhhhaaaa..???" gantian Turi yang terperanjat kaget.
"Kemarin, kan, Suster sendiri yang bilang saya harus gundul?"
"Aduh, Bapak..Bapak.. Maksud saya rambut yang di bawah. Kan, yang mau dioperasi daerah selangkangan, Pak."
Turi malu ketika semua orang yang ada di ruangan operasi itu tertawa.

"Saya malu, Dok, atas kebodohan saya..."

Itulah yang menyebabkan wajah Turi galau.

Ternyata....