Sabtu, 13 Oktober 2012

REUNI ( 1 )

Akhirnya sore ini bisa bertemu dengan teman yang telah terentang 33 tahun lamanya tak sua. Meski baru dengan Waluyo, Siti, dan Siroh tetapi telah mampu menghilangkan debar cemas semalam, khawatir tak jadi bertemu.

Berempat sepakat bahwa angkatan kami sepertinya angkatan yang banyak istimewanya. Barangkali bermula karena pada angkatan kami-lah terjadi perubahan tahun ajaran baru yang semula Januari menjadi Juli. Sisa waktu satu semester membuat kami mempunyai banyak kesempatan.

Setiap hari Sabtu, hari terakhir sekolah dalam sepekan, kami selalu diberi hadiah. Begitu masuk kelas setelah istirahat siang, di papan tulis telah tergambar empat sekuel lukisan kapur tulis. Kami menghabiskan siang itu dengan mendengarkan dongeng Pak Sukir.

"Salah sawijining dino...." adalah kalimat pembuka setiap dongengnya. Pembuka itu selalu dengan suara bariton dan penekanan nada yang membuat kami langsung terpaku penasaran. kemudian suara dan intonasi Pak Sukir akan berubah-ubah sesuai karakter dongeng yang disampaikan. Membuat kami selalu terpukau memperhatikan gerak-gerik Pak Sukir nyaris tak berkedip. Tersihir. ( Terima kasih, Pak Sukir, bekal itu ternyata sangat bermanfaat tatkala aku dihadapkan kepada kedua anakku menjelang tidur mereka. Meski cara mendongengku tak sehebat cara mendongeng Pak Sukir, aku sangat bersyukur bisa mendongeng untuk kedua anakku....)

Kalau tidak salah, angkatan kami satu-satunya yang melakukan perjalanan rekreasi dalam tiga kali kesempatan. Kesempatan pertama, menjelajah sepertiga wilayah kecamatan barat selatan. Kesempatan kedua, selang sepekan setelahnya, menjelajah sepertiga wilayah kecamatan barat laut dan utara. Dan penjelajahan itu berakhir pada sepekan kemudian, menghabiskan sisa wilayah kecamatan sisi timur laut dan timur.

Penjelajahan itu banyak sekali menyimpan pembelajaran bagiku. Melatih kekuatan fisik itu pasti, karena hamparan 13 desa itu kami jelajahi dengan jalan kaki. Tak peduli tak bersepatu, kaki kami semangat melangkah menaiki bukit, menuruni lembah, menyusuri pematang, dan menyeberangi sungai. Sepekan setelah penjelajahan itu berakhir, kedua kuku ibu jari kakiku terlepas, karena di penjelajahan terakhir ingin bergaya dengan memaksakan diri memakai sepatu yang kesempitan.

Belajar menyintai alam dan lingkungan, itu bonus yang lain. Bagaimana aku tidak menjadi cinta, bila dalam sepanjang perjalanan itu yang disuguhkan ALLOH adalah laksana hamparan surga yang dilukiskan di kanvas dunia. 

Penjelajahan itu bukan hanya sekadar penjelajahan alam. Di setiap desa kami diajak Pak Sukir untuk singgah di sekolah yang ada. Berkenalan dengan para guru dan siswa sekolah tersebut. Menjaga silaturahim dengan siapapun, barangkali itu yang hendak Pak Sukir ajarkan kepada kami.

Untuk itu, di pertemuan tadi kami sepakat untuk memulai ikatan di antara kami dan teman-teman adalah bersilaturahim ke Pak Sukir. Dengan teman yang lebih banyak tentunya. Insya Alloh setelah Iedul Adha. Siroh, juragan ikan asin itu yang akan menjadi koordinator acara tersebut. Tak perlu mewah, yang penting harus istimewa. Setelah itu barulah kami akan membuat kesepakatan lain bentuk ikatan silaturahim itu. Yang jelas tidak akan menggunakan media sosial semacam facebook ataupun twitter. Bukan apa-apa. Kami hanya ingin silaturahim itu bernilai lebih. Dan, akan selalu istimewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar